Pages

Rabu, 15 Mei 2013

nikah muda

nikah muda itu enak lo mas
nikah muda itu gak butuh ijasah gak usah nunggu lulus
nikah muda itu menghindari maksiat
nikah muda itu .................


masih sangat banyak alasan nikah muda yang baru sepertiga atau cuma awal saja saya baca di post seorang teman di bomat. sepertinya nikah muda itu enak ya. seakan kenikmatan dunia berkumpul disitu
nikah muda seperti sebuah solusi orang orang yang di mabuk asmara. 

tapi semua itu akhirnya terpecahkan oleh seorang teman lagi yang menjawab semua tulisan itu dengan pengalamannya. dialah mas kiki, sudah menikah dan berbaik hati menulis panjang lebar tentang arti dari pernikahan. berikut kisahnya

Konsepku tentang pernikahan sih bukan cari teman atau cari keturunan, tapi bener-bener sebuah perjalanan spiritual untuk hidup bersama pasangan...

Waktu belum menikah dulu, pengennya sih pada saat menikah, aku benar-benar matang secara mental dan finansial, supaya jadi suami dan bapak yang ideal. 

Dari segi mental, aku masih anak nongkrong yang meski mandiri (waktu itu masih usaha game center kecil-kecilan) tapi masih suka keliling main Winning Eleven dari rental ke rental, nonton bola, bahkan tempatku sendiri jadi jujugan teman-teman untuk kumpul, melekan, begadang.. 

Dari segi finansial, pendapatan gak seberapa, masih jauh lah kalo mau nyiapin rumah untuk 'sarang cinta' yang nyaman, lha wong bayar kontrakan usaha saja kadang telat berbulan-bulan 

Di tengah seluruh ketidaksempurnaan akan citra idealku sendiri itu mendadak nikah? Sukur-sukur masih punya sedikit tabungan buat beli cincin nikah dan segala persiapan pribadi 

Seperti sudah kuperkirakan sendiri, awal hidup bareng orang lain (apalagi yang punya tendensi ngatur-ngatur orang yang gak mau diatur ) benar-benar susah. Bukan buat aku saja. Orang di sekitarku juga kena dampak, karena banyak teman yang terbiasa datang dari luar kota, nginep di tempatku karena dulu tempatku selalu terbuka buat siapa saja. Susahnya, istri berseberangan seratus delapan puluh derajat! Enggak nyaman kalau ada orang lain (selain aku) di sekitarnya 

Trus sebagai seorang (yang merasa diri) Entrepreneur, aku dulu hobi banget memang ambil resiko. Keluarin modal buat usaha ini atau itu, nyoba peluang jualan ini atau itu... Sedangkan istri besar di keluarga Pegawai Negeri yang konstan terima gaji bulanan dan kontrol ketat keuangan... Beda banget 

Penyesuaian diri rasanya berdarah-darah dan panjang...

Lama-lama memang akhirnya harus belajar kompromi. Tempat usaha yang enggak begitu menguntungkan aku tutup, trus aku mulai fokus lagi ke dunia penerjemahan. Syukurlah hasilnya lumayan...

Banyak hal yang dikompromikan terkait hubungan pertemanan dan sosial kemasyarakatan, akhirnya fase ini juga lumayan bisa dilewati 

Tapi dari pengalaman itu, aku meyakini bahwa yang penting dari pernikahan itu bukanlah masalah usia. Jangan terbebani oleh usia, baik masih muda, atau cukup berumur. 

Yang utama adalah bagaimana memandang sebuah komitmen dan tanggungjawab

Jangan menikah bila merasa diri belum bisa memegang komitmen dan bertanggungjawab, entah dengan alasan apapun - karena ketika hidup bersama orang lain, masalah merecoki, konflik bisa terjadi, cinta rasanya bisa tak berarti, tapi selama bisa memegang komitmen dan bertanggungjawab akan komitmen itu... maka semua bisa pelan-pelan dilewati...

Banyak teman bilang cinta yang utama? No! Buatku cinta itu bukan kata sifat untuk menerangkan perasaan. 
Cinta itu adalah kata kerja. Selama memegang komitmen, maka semua orang bisa mencintai pasangannya disaat kehidupan sedang pasang maupun saat kehidupan sedang surut..

Intinya sih aku malah pengen bilang: Jangan terpengaruh sama buku itu.
Selama belum merasa bisa memegang komitmen, mending jangan. 
Matangkan diri, dewasakan diri, biasakan bertanggungjawab dengan janji...
Karena kasihan pasangan yang ikut dengan kita, kasihan orang sekitar yang jadi korban kelabilan kita 

Buat meng-counter buku itu, cukup cek aja data di KUA Malang. 
Malang ini Kota dengan pernikahan muda tertinggi se Jawa Timur sekaligus tertinggi juga angka perceraiannya ( @kikisidarta / HokagoTiTaimu )

tulisan tadi begitu bermakna untuk dirangkum dalam beberapa kata saja. ya pernikahan itu ternyata sesuatu yang perlu dipikir matang matang. perlu sebuah tanggung jawab dan komitmen untuk bisa bertahan. 
untukku sendiri pernikahan lebih kearah sebuah hidup baru dimana sebuah cerita besar akan terjadi. saat dimana tanggung jawab, rasa kebersamaan, saling menjaga, saling menyayangi dan sebuah ikatan yang kuat yang tidak hanya menyatukan dua insan, tapi banyak insan. anak, orang tua, mertua dan keluarga dari pasangan.

semua itu tidak semudah kata motivasi yang ada diawal.

saya pribadi ingin nikah sekitar umur 26-27
bukan karena takut apapun
aku sadar aku terlalu anak anak untuk jadi kepala keluarga
aku masih perlu belajar jadi pemimpin yang baik
aku ingin masa muda ini  habis dengan penuh pengalaman sehingga kelak ketika aku jadi bapak aku tahu dan mudah mengerti anakku

seorang bapak itu panutan
seorang bapak itu pimpinan
dan aku akan jadi bapak terbaik bagi istri dan anakku kelak

 umurku sekarang udah hampir 23 ya tiga atau empat tahun lagi sepertinya cukup singkat atau panjang untuk persiapan ini. semoga saat itu ada yang akan jadi pendamping. yang akan siap berjalan bersama untuk menyambut era baru kehidupan (Malang, 16 mei 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar