Pages

Minggu, 29 Juli 2012

ini Ramadhanku, mana Ramadhanmu ?

tak bisa dipungkiri kita sudah tinggal dimana informasi sudah mengalir seperti air terjun dan semuapun dengan cepat berubah tak terkecuali ramadhan. dulu bulan ini adalah bulan dimana ibadah adalah salah satu dan hanya satu satunya yang dipentingkan. dan sekarang ya ibadah itu masih ada tapi mulai banyak embel embel yang tertancap kuat dan menurut saya merusak esensi dari ibadah itu. lihat saja kegiatan buber yang selalu meramaikan tempat makan, kebanyakan malah mereka lupa akan arti magrib sendiri. mereka terlalu asik berkumpul dan akhirnya lepassalah satu tanggung jawabnya untuk sholat magrib. mereka masih asik dengan makanannya dan masih asik bersama teman temannya. bahkan sampai terawih itu sendiri terlewati. astagfirullah, puasanya sudah tapi kewaajibannya yang lain malah terlewati. mungkin masih ada yang menyangkal kalau ah magrib nanti di jamak saja bareng dengan isyak dan trawih sendiri dirumah. tapi apakah cuma karena berkumpul itu jadi melalaikan! selain buber itu juga ada masih ada satu tradisi yang mulai dipelencengkan dan merusak arti dari ramadhan sendiri, yaitu ngabuburit. ya dulu ini adalah sebuah cara untuk menunggu adzan magrib dengan sekedar jalan jalan atau membeli makanan untuk takjil sekarang masih tetap seperti itu tapi orang orangnya yang mulai hancur, lihat saja kawasan jalan soekarno hatta di malang. lihatlah mereka khususnya kaum hawa yang mereka keluar dengan tanktop, hotpant, baju superketat yang menunjukan liuk tubuh dan lainnya. apa itu pantas ? untuk apa berpakaian seperti itu ? kurang dingin udara malang ? seorang teman kos yang non muslim saja bertanya langsung padaku "mas ini ramadhan kan?" dia seolah tak percaya melihat pemandangan yang disuguhkan disana atau jangan jangan pengen diperkosa karena menarik perhatian kaum adam ? nauudubillah kalau sampai itu terjadi juga pasti kaum adam yang disalahkan. ya memang kita tergoda, tapi masak kucing juga gak mau makan ikan yang udah keluar dari bungkusnya dan terlihat sudah seperti dihidangkan gitu. cukup sekian tulisan ini keluar, hal ini karena saya sendiri cukup heran dengan kejadian ini, tahun kemarin ketika masih magang di bali dimana muslin jadi kaum minoritas bulan puasa sangat terasa indahnya, begitu dihormati dan di jaga kebersamaannya. semoga ramadhan ini jadi bulan penuh nikmat dan penuh rahmat sehingga apa yang saya sebut tadi bis berubah diramadhan tahun depan. jika allah masih menemukannya